Report Abuse

Blog berisi kumpulan produk hukum Indonesia.

Peraturan Pemerintah No 37 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Kehilangan Pekerjaan

Post a Comment

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR  37  TAHUN  2021
TENTANG
PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN KEHILANGAN PEKERJAAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,


 
Menimbang;
bahwa  untuk   melaksanakan  ketentuan   Pasal    82    dan Pasal   185  huruf b Undang-Undang Nomor  11 Tahun 2020 tentang  Cipta  Kerja,  perlu  menetapkan  Peraturan Pemerintah tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Kehilangan Pekerjaan;

Mengingat

Peraturan Pemerintah No 37 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Kehilangan Pekerjaan

  1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
  2. Undang-Undang  Nomor   13  Tahun  2003    tentang Ketenagakerjaan ;
  3. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004  tentang Sistem  Jaminan Sosial  Nasional
  4. Undang-Undang Nomor 24  Tahun  2011 tentang  Badan Penyelenggara Jaminan   Sosial   ;
  5. Undang-Undang  Nomor  11  Tahun  2020 tentang  Cipta Kerja 

BAB I KETENTUAN  UMUM
Pasal 1


Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan:

  1. Jaminan   Kehilangan    Pekerjaan   yang   selanjutnya disingkat JKP  adalah jaminan  sosial yang   diberikan kepada Pekerja/Buruh  yang mengalami Pemutusan Hubungan  Kerja  berupa manfaat uang tunai,  akses informasi pasar kerja,  dan Pelatihan  Kerja.
  2. Pekerja/Buruh   adalah   setiap  orang  yang  bekerja dengan menerima Upah atau  imbalan dalam bentuk lain.
  3. Pengusaha adalah:
    a. orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum  yang  menjalankan  suatu   perusahaan        milik  sendiri
    b. orang  perseorangan,   persekutuan,   atau  badan hukum yang secara berdiri sendiri menjalankan perusahaan bukan miliknya;
    c. orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang berada di  Indonesia mewakili            perusahaan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b yang berkedudukan di                   luar wilayah Indonesia.
  4. Upah adalah  hak Pekerja/Buruh  yang diterima dan dinyatakan  dalam bentuk uang sebagai imbalan dari Pengusaha atau pemberi kerja kepada Pekerja/Buruh yang ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu perjanan kerja, kesepakatan, atau peraturan perundang-undangan, termasuk tunjangan bagi Pekerja/Buruh      dan     keluarganya    atas     suatu pekerjaan  dan/ atau  jasa  yang  telah   atau   akan dilakukan.
  5. Pemutusan   Hubungan    Kerja    adalah   pengakhiran  hubungan kerja karena suatu hal tertentu yang mengakibatkan   berakhirnya   hak   dan   kewajiban antara Pekerja/Buruh  dan Pengusaha.
  6. Peserta JKP yang selanjutnya disebut Peserta adalah  Pekerja/Buruh yang mempunya hubungan kerja dengan  Pengusaha  dan  telah  terdaftar  serta membayar iuran.
  7. Jaminan  Kesehatan   yang  selanjutnya  disebut  JKN adalah jaminan berupa perlindungan kesehatan agar Peserta   memperoleh   manfaat   pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan  dasar  kesehatan yang diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran jaminan kesehatan atau iuran jaminan kesehatannya dibayar oleh  Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah.
  8. Jaminan    Kecelakaan     Kerja     yang     selanjutnya disingkat  JKK  adalah  manfaat  berupa  uang  tunai dan/ atau pelayanan kesehatan yang diberikan pada saat  Peserta mengalami kecelakaan  kerja  atau penyakit yang disebabkan  oleh lingkungan kerja.
  9. Jaminan  Hari Tua yang  selanjutnya  disingkat  JHT adalah     manfaat   uang    tunai    yang    dibayarkan sekaligus pada saat Peserta memasuki usia pensiun, meninggal dunia,  atau mengalami cacat total tetap.
  10. 10.    Jaminan   Pensiun  yang  selanjutnya   disingkat  JP adalah jaminan  sosial yang bertujuan untuk mempertahankan derajat kehidupan yang layak bagi Peserta dan/ atau ahli  warisnya dengan memberikan penghasilan setelah Peserta memasuki usia pensiun, mengalami cacat total tetap,  atau meninggal dunia.
  11. Jaminan  Kematian  yang  selanjutnya  disebut  JKM adalah  manfaat  uang  tunai  yang diberikan  kepada ahli   waris  ketika  Peserta  meninggal  dunia  bukan akibat kecelakaan kerja.
  12. 12.     Badan         Penyelenggara        Jaminan          Sosial Ketenagakerjaan yang selanjutnya disebut BPJS Ketenagakerjaan  adalah badan  hukum  publik yang dibentuk   berdasarkan   Undang-Undang  Nomor   24 Tahun  2011  tentang  Badan Penyelenggara Jaminan Sosial.
  13. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan yang selanjutnya disebut BPJS Kesehatan adalah badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan program Jaminan Kesehatan.
  14. Sistem Informasi  Ketenagakerjaan  adalah suatu ekosistem  digital yang menjadi  platform bagi segala jenis layanan publik dan aktivitas bidang ketenagakerjaan baik di pusat maupun daerah.
  15. Pelatihan Kerja  adalah keseluruhan  kegiatan untuk memberi, memperoleh, meningkatkan, serta mengembangkan kompetensi kerja, produktivitas, disiplin,  sikap,  dan  etos kerja  pada  tingkat keterampilan dan keahlian tertentu sesuai dengan jenjang dan kualifikasi jabatan  atau pekerjaan.
  16. Lembaga  Pelatihan Kerja  adalah instansi  pemerintah dan   badan   hukum   yang  memenuhi   persyaratan untuk menyelenggarakan Pelatihan Kerja.
    ........................

 Pasal 2

(1)     Pengusaha wajib mengikutsertakan Pekerja/Buruh sebagai  Peserta dalam program JKP.
(2)      Program  JKP  sebagaimana dimaksud pada  ayat  (1)  diselenggarakan untuk  mempertahankan derajat kehidupan yang layak pada saat Pekerja/Buruh kehilangan pekerjaan.

Pasal 3

JKP sebagaimana      dimaksud dalam      Pasal      2  diselenggarakan  oleh     BPJS      Ketenagakerjaan Pemerintah Pusat.

BAB II
KEPESERTAAN  DAN TATA CARA PENDAFTARAN

Bagian Kesatu
Kepesertaan

Pasal  4

(1)   Peserta terdiri atas:
        a. Pekerja/Buruh  yang telah  diikutsertakan  oleh Pengusaha dalam program jaminan sosial;  dan
        b. Pekerja/Buruh    yang   baru   didaftarkan   oleh Pengusaha dalam program jaminan sosial.
(2)   Peserta    sebagaimana     dimaksud   pada   ayat    (1) harus memenuhi persyaratan:
        a.  warga negara Indonesia;
        b.  belum  mencapai   usia  54   (lima   puluh   empat) tahun pada saat mendaftar;  dan
        c.  mempunyai hubungan  kerja dengan Pengusaha.
(3)   Selain   persyaratan    sebagaimana   dimaksud   pada ayat (2) juga harus memenuhi ketentuan:
        a. Pekerja/Buruh  yang bekerja pada usaha  besar dan usaha menengah, diikutsertakan pada                        program JKN,  JKK,  JHT,  JP,  dan JKM;  dan
        b. Pekerja/Buruh  yang bekerja pada usaha  mikro dan usaha kecil,  diikutsertakan sekurang•                    kurangnya  pada  program JKN,  JKK,  JHT,  dan JKM.
(4)   Peserta  program JKN   sebagaimana  dimaksud  pada ayat  (3)   merupakan  pekerja  penerima             Upah  pada badan usaha.

Bagian Kedua
Tata Cara Pendaftaran
Pasal 5

(1)  Pekerja/ Buruh    yang   telah    diikutsertakan    oleh  Pengusaha  dalam   program  jaminan sosial           sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 terhitung sejak tanggal Peraturan Pemerintah ini                           diundangkan, serta merta menjadi Peserta.
(2)  Pengusaha  sebagaimana  dimaksud  pada  ayat  (1) diberikan  sertifikat  kepesertaan  program                JKP   oleh  BPJS  Ketenagakerjaan.
(3)  Pekerja/Buruh sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan bukti kepesertaan  program JKP oleh        BPJS Ketenagakerjaan.
       ..................................................

BAB III
IURAN DAN TATA CARA PEMBAYARAN IURAN
Bagian Kesatu
Iuran

Pasal 11

(1) Iuran  program JKP wajib dibayarkan setiap bulan.
(2) Iuran  sebagaimana dimaksud pada ayat (1)  sebesar  0,46%  (nol   koma  empat  puluh   enam               persen)   dari Upah sebulan.
(3)  Iuran  sebesar  0,46% (nol  koma empat  puluh  enam persen)  sebagaimana dimaksud  pada  ayat            (2) bersumber  dari  iuran  yang  dibayarkan  oleh Pemerintah Pusat dan sumber pendanaan JKP.
(4)  Iuran  yang dibayarkan  oleh  Pemerintah  Pusat sebagaimana dimaksud pada ayat (3)  sebesar               0,22% (nol koma dua puluh  dua persen)  dari Upah sebulan.
(5)  Sumber pendanaan JKP sebagaimana dimaksud pada ayat (3)  merupakan  rekomposisi dari iuran            program JKK  dan JKM,  dengan ketentuan:
       a.   iuran JKK direkomposisi sebesar 0, 14%  (nol koma empat belas persen)  dari Upah sebulan,                  sehingga iuran JKK  untuk  setiap kelompok tingkat risiko menjadi:
            1.   tingkat  risiko  sangat  rendah  sebesar  0, 10% (nol koma sepuluh  persen)  dari Upah                             sebulan;
            2.    tingkat risiko rendah sebesar 0,40% (nol koma empat puluh  persen)  dari Upah sebulan;
            3.   tingkat risiko sedang sebesar 0,75% (nol koma tujuh puluh  lima persen)  dari Upah sebulan;
            4.    tingkat risiko tinggi  sebesar 1,13%  (satu koma tiga belas persen)  dari Upah sebulan;  dan
            5.   tingkat   risiko  sangat   tinggi  sebesar   1,60% (satu koma enam puluh persen) dari Upah                     sebulan;
        b. iuran   JKM    direkomposisi  sebesar   0, 10%    (nol koma  sepuluh  persen)  dari  Upah                         sebulan, sehingga iuran JKM  menjadi  sebesar  0,20% (nol koma dua puluh  persen)  dari Upah             sebulan.
(6) Upah  yang  digunakan   sebagai  dasar   perhitungan  iuran  sebagaimana  dimaksud  pada  ayat  (2)       merupakan Upah terakhir Pekerja/Buruh yang dilaporkan oleh  Pengusaha kepada BPJS                          Ketenagakerjaan dan tidak melebihi batas atas Upah.
(7) Batas atas Upah sebagaimana dimaksud pada ayat (6) untuk pertama kali ditetapkan  Rp                         5.000.000,00 (lima juta rupiah).
(8)  Dalam    hal     Upah    melebihi   batas    atas    Upah sebagaimana  dimaksud  pada  ayat  (7)                 maka  Upah yang  digunakan   sebagai  dasar  perhitungan   iuran sebesar batas atas Upah.  ...........................................

BAB IV MANFAAT JKP

Bagian Kesatu

Umum

Pasal 18

Manfaat JKP berupa:
a.   uang tunai;
b.   akses informasi pasar kerja;  dan
c.   Pelatihan Kerja.

Pasal 19

(1)    Manfaat  JKP  diberikan  kepada  Peserta  yang mengalami Pemutusan  Hubungan  Kerja  baik untuk hubungan kerja berdasarkan perjanjian kerja waktu tidak   tertentu   maupun   perjanjian   kerja   waktu tertentu.
(2)      Selain memenuhi  ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1),  penerima manfaat JKP  harus bersedia untuk bekerja kembali.
(3)     Manfaat JKP dapat diajukan setelah Peserta memiliki masa iur  paling sedikit  12  (dua  belas)  bulan dalam 24   (dua  puluh  empat)  bulan  dan  telah  membayar iuran  paling singkat  6  (enam)  bulan berturut-turut pada  BPJS   Ketenagakerjaan   sebelum  terjadi Pemutusan Hubungan Kerja atau pengakhiran hubungan kerja.

Pasal 20

(1)   Manfaat      JKP      bagi    Peserta     yang     mengalami Pemutusan   Hubungan   Kerja   dikecualikan   untuk alasan Pemutusan Hubungan Kerja karena:
        a.  mengundurkan diri;
        b.  cacat total tetap;
        c.  pensiun;  atau
        d.  meninggal dunia.
(2)     Manfaat JKP  bagi Peserta yang hubungan  kerjanya berdasarkan  perjanjian  kerja  waktu  tertentu diberikan apabila Pemutusan  Hubungan  Kerja  oleh Pengusaha dilakukan sebelum berakhirnya jangka waktu perjanjian kerja waktu tertentu.
(3)     Pemutusan Hubungan Kerja sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1)   dibuktikan dengan:
        a.      bukti  diterimanya Pemutusan  Hubungan  Kerja  oleh  Pekerja/Buruh  dan  tanda  terima laporan Pemutusan Hubungan Kerja dari dinas yang menyelenggarakan urusan  pemerintahan  di bidang ketenagakerjaan kabupaten/kota;
        b.      perjanjian  bersama yang telah didaftarkan pada pengadilan hubungan  industrial dan akta bukti pendaftaran perjanjian bersama;  atau
        c.    petikan atau putusan  pengadilan hubungan industrial   yang  telah   mempunyai   kekuatan hukum tetap.

Bagian Kedua Manfaat Uang Tunai

Pasal  21

( 1)       Manfaat  uang  tunai   diberikan  setiap  bulan  paling banyak  6   (enam)   bulan   Upah  dengan  ketentuan sebagai berikut:
a.     sebesar  45   %  (empat  puluh   lima  persen)   dari
Upah untuk 3 (tiga)  bulan pertama;  dan
b.     sebesar 25  % (dua puluh lima persen)  dari Upah untuk 3 (tiga)  bulan berikutnya.
(2)     Upah  yang  digunakan   sebagai  dasar  pembayaran
manfaat uang tunai merupakan Upah terakhir Pekerja/Buruh  yang dilaporkan  Pengusaha  kepada BPJS  Ketenagakerjaan  dan tidak melebihi batas atas Upah yang ditetapkan.
(3)     Batas  atas  Upah  untuk   pertama  kali  ditetapkan
sebesar Rp5.000.000,00 (limajuta rupiah).
(4)     Dalam  hal  Upah  melebihi batas  atas  Upah  maka Upah yang digunakan sebagai dasar pembayaran manfaat uang tunai  sebesar batas atas Upah.

Pasal 22

(1)     Besaran  batas  atas  Upah  sebagaimana  dimaksud dalam  Pasal  21   ayat  (3)   dilakukan  evaluasi  setiap 2 (dua)  tahun.
(2)   Evaluasi besaran batas atas Upah dilakukan oleh kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan  di   bidang  ketenagakerjaan berkoordinasi dengan kementerian yang menyelenggarakan urusan  pemerintahan  di  bidang keuangan dan dewan jaminan  sosial nasional.
(3)     Besaran batas atas Upah hasil evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2)  ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.

Bagian Ketiga

Manfaat Akses  lnformasi Pasar Kerja

Pasal 25


(1)    Manfaat akses informasi pasar kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal  18  huruf b  diberikan dalam bentuk layanan:
a.      informasi pasar kerja;  dan/ atau
b.      bimbingan jabatan.
(2)     Layanan    sebagaimana   dimaksud   pada   ayat   (1) dilakukan  oleh   pengantar kerja dan/ atau petugas antarkerja melalui Sistem lnformasi Ketenagakerjaan.

Pasal 26

(1)     Layanan      informasi     pasar     kerja     sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25  ayat (1)  huruf a  diberikan dalam bentuk penyediaan data lowongan pekerjaan.
(2)     Penyediaan  data  lowongan pekerjaan   sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1)  dilaksanakan sesuai  dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

BAB IX KETENTUAN  PENUTUP

Pasal 48

(1)     Untuk kepesertaan JKP,  BPJS  Kesehatan  dan BPJS Ketenagakerjaan    melakukan   integrasi    data kepesertaan JKP.
(2)     Integrasi  data sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan  paling lama dalam waktu 6 bulan sejak Peraturan  Pemerintah  ini  berlaku.
(3)     Dalam masa  integrasi  data  sebagaimana dimaksud pada    ayat    (2), BPJS Ketenagakerjaan     dapat melakukan pendaftaran kepesertaan JKP tanpa memperhatikan kepesertaan JKN.
(4)   Dalam hal sesudah masa integrasi dan terdapat kepesertaan JKP yang tidak memenuhi persyaratan kepesertaan JKN  maka iuran yang telah dibayarkan Pemerintah Pusat diperhitungkan dalam pembayaran iuran JKP berikutnya.

Pasal 49

Pada  saat   Peraturan   Pemerintah   ini   mulai   berlaku, ketentuan  mengenai pengelolaan aset danajaminan sosial kecelakaan kerja dan dana jaminan  sosial kematian yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 2013 tentang Pengelolaan Aset Jaminan  Sosial Ketenagakerjaan (Lembaran    Negara    Republik   Indonesia    Tahun   2013  Nomor   256,    Tambahan   Lembaran    Negara   Republik Indonesia Nomor 5486) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan  Pemerintah Nomor    55  Tahun  2015  tentang Perubahan    atas    Peraturan    Pemerintah   Nomor    99 Tahun  2013  tentang  Pengelolaan Aset  Jaminan  Sosial Ketenagakerjaan  (Lembaran  Negara  Republik Indonesia Tahun   2015  Nomor  179,   Tambahan  Lembaran   Negara Republik  Indonesia   Nomor  5724),   diberlakukan  untuk   pengelolaan aset  dana jaminan  sosial pekerjaan sampa1 dengan berlakunya perundang-undangan yang mengatur pengelolaan   aset    dana   jaminan    sosial pekerjaan. 



Related Posts

Post a Comment