Report Abuse

Blog berisi kumpulan produk hukum Indonesia.

Permenaker No 4 Tahun 2022 Tata Cara dan Persyaratan Pembayaran Manfaat Jaminan Hari Tua

Post a Comment

PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 4 TAHUN 2022
TENTANG

TATA CARA DAN PERSYARATAN PEMBAYARAN MANFAAT JAMINAN HARI TUA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA,


Menimbang    : 

a.    bahwa  manfaat  jaminan   hari  tua  bertujuan  untuk memberikan kepastian tersedianya sejumlah dana bagi tenaga kerja pada saat tidak produktif lagi;
b.    bahwa  dengan  adanya  dinamika  hubungan  industrial dan aspirasi yang berkembang di masyarakat perlu dilakukan penyesuaian terhadap kebijakan pelindungan tenaga kerja di bidang jaminan sosial ketenagakerjaan;
c.    bahwa  Peraturan   Menteri  Ketenagakerjaan  Nomor  2 Tahun 2022 tentang Tata Cara dan Persyaratan Pembayaran Manfaat Jaminan Hari Tua yang merupakan amanat Pasal 26 ayat (5) Peraturan Pemerintah Nomor 60  Tahun  2015  tentang  Perubahan  atas  Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Hari Tua, harus disesuaikan dengan dinamika kebutuhan peserta jaminan hari tua sehingga perlu diganti;
d.    bahwa      berdasarkan      pertimbangan      sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Ketenagakerjaan tentang Tata Cara dan Persyaratan Pembayaran Manfaat Jaminan Hari Tua;

Permenaker No 4 Tahun 2022

Mengingat      : 

  1. Pasal 17 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
  2. Undang-Undang  Nomor  39  Tahun  2008  tentang Kementerian  Negara  (Lembaran  Negara  Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916);
  3. Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Hari Tua (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 156, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5716)   sebagaimana   telah   diubah   dengan   Peraturan Pemerintah  Nomor 60  Tahun  2015  tentang Perubahan atas   Peraturan   Pemerintah   Nomor   46   Tahun   2015 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Hari Tua (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 187,  Tambahan  Lembaran  Negara  Republik  Indonesia Nomor 5730);
  4. Peraturan Presiden Nomor 95 Tahun 2020 tentang Kementerian  Ketenagakerjaan  (Lembaran  Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 213);
  5. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 1 Tahun 2021 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Ketenagakerjaan   (Berita   Negara   Republik   Indonesia Tahun 2021 Nomor 108);

MEMUTUSKAN:

Menetapkan   : 

PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN TENTANG TATA CARA DAN    PERSYARATAN    PEMBAYARAN    MANFAAT  JAMINAN HARI TUA

BAB I KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:

  1. Jaminan Hari Tua yang selanjutnya disingkat JHT adalah manfaat uang tunai yang dibayarkan sekaligus pada saat Peserta memasuki usia pensiun, meninggal dunia, atau mengalami cacat total tetap.
  2. Peserta  JHT  yang  selanjutnya  disebut  Peserta  adalah setiap orang, termasuk orang asing yang bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia yang telah membayar iuran.
  3. Badan  Penyelenggara  Jaminan  Sosial  Ketenagakerjaan yang selanjutnya disebut BPJS Ketenagakerjaan adalah badan   hukum   publik   yang   dibentuk   berdasarkan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial.
  4. Kartu Peserta BPJS Ketenagakerjaan adalah identitas sebagai bukti kepesertaan  BPJS  Ketenagakerjaan yang memiliki nomor identitas tunggal yang berlaku untuk semua program jaminan sosial ketenagakerjaan yang diterbitkan oleh BPJS Ketenagakerjaan sesuai dengan penahapan kepesertaan.

Pasal 2

(1)   Peserta program JHT terdiri atas:
        a.    Peserta penerima upah yang bekerja pada pemberi kerja selain penyelenggara negara; dan
        b.    peserta bukan penerima upah.

(2)   Peserta penerima upah yang bekerja pada pemberi kerja selain penyelenggara negara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, meliputi:
        a.    pekerja pada perusahaan;
        b.    pekerja pada orang perseorangan; dan
        c.    orang asing yang bekerja di Indonesia paling singkat 6 (enam) bulan.

(3)   Peserta  bukan  penerima  upah  sebagaimana  dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi:
        a.    pemberi kerja;
        b.    pekerja   di   luar   hubungan   kerja   atau   pekerja mandiri; dan
        c.    Pekerja yang tidak termasuk huruf b yang bukan menerima upah.
 

Pasal 3

(1)   Pemberi kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat(3) huruf a meliputi:
        a.     pemegang saham atau pemilik modal; dan
        b.    orang  perseorangan  yang  mempekerjakan  pekerja dan tidak menerima upah.

(2)   Pekerja  diluar  hubungan  kerja  sebagaimana  dimaksud dalam Pasal 2 ayat (3) huruf b termasuk pekerja dengan hubungan kemitraan.

BAB II

PERSYARATAN PEMBAYARAN MANFAAT JAMINAN HARI TUA

Bagian Kesatu

Umum
Pasal 4

Manfaat JHT dibayarkan kepada Peserta jika:
a.    mencapai usia pensiun;
b.    mengalami cacat total tetap; atau
c.    meninggal dunia.

Pasal 5

(1)   Peserta   yang   mencapai   usia   pensiun   sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf a termasuk juga Peserta yang berhenti bekerja.
(2)   Peserta  yang  berhenti  bekerja  sebagaimana  dimaksud pada ayat (1) meliputi:
        a.    Peserta yang mengundurkan diri;
        b.    Peserta  yang terkena pemutusan hubungan kerja; dan
        c.    Peserta yang meninggalkan Indonesia untuk selama- lamanya.

Bagian Kedua
Peserta Mencapai Usia Pensiun
Pasal 6

(1)   Manfaat JHT bagi Peserta yang mencapai usia pensiun sebagaimana   dimaksud   dalam    Pasal   4   huruf   a dibayarkan secara tunai dan sekaligus kepada Peserta pada saat:
        a.    mencapai usia pensiun sebagaimana diatur dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan atau perjanjian kerja bersama; atau
        b.    mencapai usia 56 (lima puluh enam) tahun.

(2)   Selain ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), manfaat JHT dapat dibayarkan kepada:
        a.    Peserta  karena  berakhirnya  jangka  waktu  dalam perjanjian kerja; atau
        b.    Peserta   bukan   penerima   upah   karena   berhenti bekerja.

Pasal 7

Permohonan pembayaran manfaat JHT bagi Peserta yang mencapai usia pensiun sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 dapat diajukan oleh Peserta kepada BPJS Ketenagakerjaan, dengan melampirkan:
a.    Kartu Peserta BPJS Ketenagakerjaan; dan
b.    kartu tanda penduduk atau bukti identitas lainnya.

Bagian Ketiga
Peserta yang Mengundurkan Diri
Pasal 8

Manfaat    JHT   bagi    Peserta    yang    mengundurkan    diri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) huruf a dapat dibayarkan secara tunai dan sekaligus setelah melewati masa tunggu 1 (satu) bulan terhitung sejak diterbitkan keterangan pengunduran diri dari pemberi kerja.

Pasal 9

Pengajuan pembayaran manfaat JHT bagi Peserta yang mengundurkan diri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 disampaikan oleh Peserta kepada BPJS Ketenagakerjaan, dengan melampirkan:
a.    Kartu Peserta BPJS Ketenagakerjaan;
b.    kartu tanda penduduk atau bukti identitas lainnya; dan
c.    keterangan pengunduran diri dari pemberi kerja tempat Peserta bekerja.

Bagian Keempat
Peserta yang Terkena Pemutusan Hubungan Kerja
Pasal 10

Manfaat JHT bagi Peserta yang terkena pemutusan hubungan kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) huruf b dapat dibayarkan secara tunai dan sekaligus setelah melewati masa   tunggu   1   (satu)   bulan   terhitung   sejak   tanggal pemutusan hubungan kerja.

Pasal 11

Pengajuan   pembayaran   manfaat  JHT  bagi  Peserta  yang terkena pemutusan hubungan kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 disampaikan oleh Peserta kepada BPJS Ketenagakerjaan, dengan melampirkan:

a.    Kartu Peserta BPJS Ketenagakerjaan;
b.    kartu tanda penduduk atau bukti identitas lainnya; dan
c.   tanda terima laporan pemutusan hubungan kerja  dari instansi yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang ketenagakerjaan, atau surat laporan pemutusan hubungan kerja dari pemberi kerja kepada instansi yang menyelenggarakan   urusan   pemerintahan   di   bidang ketenagakerjaan, atau pemberitahuan pemutusan hubungan kerja dari pemberi kerja dan pernyataan tidak menolak PHK dari pekerja, atau perjanjian bersama yang ditandatangani oleh pengusaha dan pekerja/buruh, atau petikan atau putusan pengadilan hubungan industrial.

........................

Bagian Keenam
Peserta Mengalami Cacat Total Tetap
Pasal 14

(1)   Manfaat JHT bagi  Peserta yang  mengalami cacat total tetap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf b dibayarkan kepada Peserta yang mengalami cacat total
tetap sebelum mencapai usia pensiun.
(2)   Hak atas manfaat JHT sebagaimana dimaksud pada ayat (1)   diperhitungkan   mulai   tanggal   1   (satu)   bulan berikutnya setelah Peserta ditetapkan mengalami cacat total tetap.
(3)   Mekanisme penetapan cacat total tetap dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 15

Pengajuan pembayaran manfaat JHT bagi Peserta yang mengalami cacat total tetap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 disampaikan oleh Peserta kepada BPJS Ketenagakerjaan, dengan melampirkan:
a.    Kartu Peserta BPJS Ketenagakerjaan;
b.    kartu tanda penduduk atau bukti identitas lainnya; dan
c.    surat keterangan dokter pemeriksa dan/atau dokter penasihat.

Bagian Ketujuh
Peserta Meninggal Dunia
Pasal 16

(1) Manfaat JHT bagi Peserta yang meninggal dunia sebagaimana  dimaksud  dalam  Pasal  4 huruf c dibayarkan kepada ahli waris Peserta.
(2)   Ahli waris sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
        a.    janda;
        b.    duda; atau
        c.    anak.
(3)   Dalam   hal   janda,   duda,   atau   anak   sebagaimana dimaksud   pada   ayat   (2)   tidak   ada,   manfaat   JHT dibayarkan sesuai urutan sebagai berikut:
        a.    keturunan sedarah Peserta menurut garis lurus ke atas dan ke bawah sampai derajat kedua;
        b.    saudara kandung;
        c.    mertua; dan
        d.    pihak yang ditunjuk dalam wasiatnya oleh Peserta.

(4)  Dalam hal pihak yang ditunjuk dalam wasiat Peserta sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf d tidak ada, manfaat JHT dikembalikan ke Balai Harta Peninggalan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan.

Pasal 17

(1)   Pengajuan pembayaran manfaat JHT oleh ahli waris bagi Peserta yang meninggal dunia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 disampaikan oleh ahli waris Peserta kepada BPJS ketenagakerjaan, dengan melampirkan:
        a.    Kartu Peserta BPJS Ketenagakerjaan;
        b.    surat keterangan kematian dari dokter atau pejabat yang berwenang;
        c.    surat  keterangan   ahli  waris  dari  pejabat   yang  berwenang  atau  surat  penetapan  ahli  waris  dari pengadilan; dan
        d.    kartu tanda penduduk atau bukti identitas lainnya dari ahli waris.
(2)   Dalam  hal  Peserta  yang  meninggal  dunia  merupakan  warga  negara  asing,  pengajuan  manfaat  JHT disampaikan  oleh  ahli  waris  Peserta  dengan melampirkan:
        a. Kartu Peserta BPJS Ketenagakerjaan;
        b. surat keterangan kematian dari pejabat yang berwenang;
        c.  dokumen keterangan sebagai ahli waris yang diterbitkan  oleh  instansi  atau  pejabat  yang berwenang sesuai ketentuan peraturan perundang- undangan; dan
        d.  paspor atau bukti identitas lainnya dari ahli waris.

BAB III
TATA CARA PEMBAYARAN MANFAAT JAMINAN HARI TUA
Pasal 18

(1)   Pembayaran   manfaat   JHT   dilaksanakan   oleh   BPJS  Ketenagakerjaan berdasarkan permohonan yang diajukan oleh Peserta atau ahli warisnya apabila Peserta meninggal dunia, dengan melampirkan persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7, Pasal 9, Pasal 11, Pasal 13, Pasal 15, dan Pasal 17.
(2)   Lampiran  persyaratan  pengajuan  pembayaran  manfaat JHT sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa dokumen elektronik atau fotokopi.
(3)   Penyampaian  permohonan  dan  dokumen  sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilakukan secara daring dan/atau luring.
(4)   Pembayaran manfaat JHT sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan paling lama 5 (lima) hari kerja sejak pengajuan dan persyaratan diterima secara lengkap dan benar oleh BPJS Ketenagakerjaan.

Pasal 19

BPJS Ketenagakerjaan wajib melakukan verifikasi atas permohonan  dan  dokumen  persyaratan  pengajuan pembayaran  manfaat  JHT  sebagaimana  dimaksud  dalam Pasal 18 ayat (1) dan ayat (2).

Pasal 20

(1)   Bagi Peserta yang mengajukan permohonan pembayaran manfaat JHT dan telah memenuhi persyaratan dokumen, tetapi masih terdapat tunggakan iuran maka BPJS Ketenagakerjaan dapat membayar manfaat JHT kepada Peserta sebesar iuran yang telah dibayarkan oleh pemberi kerja dan Peserta kepada BPJS Ketenagakerjaan berikut hasil pengembangannya.
(2)   Tunggakan  iuran  yang  belum  dibayarkan,  ditagihkan oleh BPJS Ketenagakerjaan kepada pemberi kerja.
(3)   Dalam   hal   tunggakan   iuran   telah   dibayarkan   oleh pemberi  kerja, BPJS  Ketenagakerjaan  wajib membayarkan kekurangan manfaat JHT kepada Peserta atau ahli waris Peserta.

BAB IV KETENTUAN PENUTUP
Pasal 21

Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku:

a.    Peraturan  Menteri  Ketenagakerjaan  Nomor  19  Tahun 2015 tentang Tata Cara dan Persyaratan Pembayaran Manfaat Jaminan Hari Tua (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1230), dicabut dan dinyatakan tidak berlaku; dan
b.    Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 2 Tahun 2022 tentang Tata Cara dan Persyaratan Pembayaran Manfaat Jaminan Hari Tua (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2022 Nomor 143), ditarik kembali dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 22

Peraturan    Menteri    ini    mulai    berlaku    pada    tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.


Ditetapkan di Jakarta

pada tanggal 26 April 2022

MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

IDA FAUZIYAH


Related Posts

Post a Comment